umar mansyuri . chapit82 Bismillahirrohmanirrohim. Assalamualaikum ki risang ijinkan saya ingin berbagi pada bolo bumi mengenai hijb syekh Abdul Jabbar.. Amalan ini saya dapat ketika sy selesai SMA tahun 1987 di pesantren Mansyaul Ulum ds Sarajaya Cirebon dari kyai / ustadz yg sy panggil dengan nama Kang Amil almarhum.. Puasa 7 hr tanpa makan makanan yg bernyawa. selama puasa wirid dibaca setelah sholat 5 waktu … Tawasulnya Bismillairrohmanirrohiim 1. fatehah kpd Nabi Muhammad SAW 2. kpd Syekh Abdul Qodir 3. kpd Khususnya Syekh Abdul Jabbar 4. kpd waliyullah sayyidina syekh Abdul Jalil, Syekh Abdul Rohman, Syekh Abdul Rohim,Syekh Abdul Karim,Syekh Abdul Rosyid…. 5. Syekh Haji Muhammad Daud bin Raimun 6. Jamiil Anbiya wal mursalin, wal awliyai walijami ilmuslimn wal muslimat wal mu’minin wal mu’minat wabarokati Syekh Tubagus Marka wa syaikhina Qosim waman ajazani ….. baca Alif Lam Mim..teruskan…ayat kursi…terus berdo’a dulu…. wiridnya 1. Audzubillahiminassyaithoonirro jiim 3x 2. Bismillahirrohmanirrohiim 3x 3. Asyhadu an Laa ilaHa illallah 2x waAsyhadu anna Muhammadarrosulullah 1x 4. Innalillahi Wainna ilahi rojiun 3x 5. Ya Syekh Abdul Jabbar 3x ….Allah Hu…sambil menahan di bagianperut wirid tsb dibaca 21 x selama puasa lalu baca 1. Qul Huwallahu Hu Ahad Allahus shomad Lam Yalid walam yuulad walam yakun la Hutahan nafas di perut kufuwan ahad 2. Billahir Amruhu idzaa aro da syaian ayyaquu lala Hutahan nafas di perut Kun fayakun. 3. Wasysamsu tajri mustaqorillaha dzalika taqdiiril azizil alim tahan nafas sambil membaca Allah Hu.. 4. Huwallahu ladzi laa ilaha illah huwal alimul ghaib tahan nafas sambil membaca Allah Hu.. waila ruhu syekh manawi bin daud… alfatehah ditutup dengan baca bismillahirrohamnirrohim 51 x demikian bacaan amalah syekh abdul jabbar sy dapat..Bagi yang tahu tentang amalan ini mohon penjelasannya…dan masukannya… Semoga Allah selalu memberkahikita amiin.. TAMBAHAN amalan ini belum diijazahkan nuwun… Navigasi tulisan duniawi hanya hiasan semu,janganlah terjebak di dalamnya,pergunakanlah duniawimu untuk merengkuh ilmu bekal di akhirat nanti yg hakiki
KhalifahDR. Zikmal Fuad, MA, dipilih sebagai Tuan Guru Babussalam, Langkat, Sumatera Utara, menggantikan Syekh H Irfansyah Al Rokany, Rabu (26/02) di Auala Makam Syekh Abdul Wahab Rokan di Babussalam, Langkat. RIWAYAT HIDUP SYEKH ABDUL JABAR INILAH CIRI MASYARAKAT KITA,SELALU TAWADU'MENGHARGAI JASA JASA PARA WALIULLAH. Abdurrahim Izuddin dalam buku Mbah Jabbar Leluhur dan Dzuriyyahnya 2009 menyatakan bahwa Mbah Jabbar atau Syekh Abdul Jabbar nama aslinya adalah Pangeran Kusumoyudo. Beliau seorang yang berdarah bangbangsawan, khususnya dari raja-raja Jawa, seperti Raja Brawijaya Raja Majapahit, Raden Patah Raja Demak Bintoro I, Sultan Trenggono Raja Demak Bintoro II, Sultan Hadiwijoyo/Joko Tingkir Raja Kerajaan Pajang I, dan Pangeran Benowo Raja Kerajaan Pajang III. Dilihat dari nasab keturunan, baik dari jalur kakek maupun nenek, keduanya masih keturunan raja Brawijaya V yakni Adipati Joyodiningrat. Oleh karenanya beliau disebut “Pangeran”. Manuskrip Gresik mencatat, Sultan Hadiwijoyo Joko Tingkir mempunyai dua orang putera yang sama-sama diberi nama Pangeran Benowo. Akan tetapi Pangeran Benowo I lebih dikenal dengan nama Pangeran Selarong. Sedangkan Pangeran Benowo II dikenal luas dengan nama Pangeran Benowo I bukanlah anak kandung. Dia adalah anak angkat Sultan Hadiwijoyo dengan nama asli Sutowijoyo atau Senopati. Dialah yang kelak menjadi raja Mataram pertama. Nama Selarong sendiri adalah gelar yang diberikan Sultan Hadiwijoyo kepadanya. Dari Pangeran Benowo II inilah Mbah Jabbar lahir. Beliau mempunyai empat orang saudara, satu puteri dan empat putera. Anak pertama perempuan bernama Ratu Emas/Mas, anak ke-2 Pangeran Pringgodani yang berjuluk KyaiPengging, yang ke-3 Pangeran Pringgokusumo berjuluk Kyai Mojo, anak ke-4 Pangeran DadungKusumo, sedangkan anak terakhir bernama Pangeran Sumoyudo alias Mbah Jabbar. Syekh Abdul Jabbar adalah keturunan Pangeran Benowo. Tempat dan tanggal kelahirannya tidak diketahui secara pasti, karena tidak adanya bukti “autentik” yang tercatat dalam manuskrip maupun buku-buku sejarah Jawa. Akan tetapi dilihat dari masa kehidupan leluhurnya Pangeran Benowo, dapat diperkirakan ia lahir di Pajang wilayah Surakarta. Hal ini diperkuat dengan adanya folklore lisan cerita rakyat yang beredar dikalangan masyarakat Jojogan dan sekitarnya, bahwa sampainya Syekh Abdul Jabbar di Jojogan karena “pelarian” dari Pajang akibat kalah perang dengan penjajah Belanda. Jika benar Syekh Abdul Jabbar “lari” dari Pajang maka dapat diperkirakan saat itu tahun 1628 atau 1629. Ini didasarkan pada tahun penyerangan Mataram ke Batavia, pusat VOC. Apalagi menurut Agus Sunyoto, peneliti dan penulis sejarah, Kerajaan Mataram pernah mempunyai seorang utusan yang bernama Pangeran Sumoyudo. Hal ini diperkuat dengan adanya informasi bahwa beliau hidup sezaman atau lebih muda sedikit dengan Mbah Sambu Lasem, sedangkan Mbah Sambu hidup sezaman dengan bupati Lasem ke-14, Adipati Tejo Kusumo I yakni sekitar tahun 1585-1632. Selain dikenal sebagai waliullah, juga panglima perang dan musuh besar Kompeni duri beliau adalah duri dalam daging’ bagi Pemerintah Belanda, sehingga pada suatu saat terjadilah pertempuran yang sangat sengit antara keduanya. Akan tetapi beliau mengalami kekalahan kemudian “lari” dari Pajang menuju daerah Nglirip, Jojogan, Tuban. Di tempat ini beliau tinggal di rumah seorang tokoh dan ahli ilmu kanuragan bernama Mbah Sarkowi atau lebih dikenal dengan Mbah sinilah babak baru kehidupan Syekh Abdul Jabbar dimulai. Syekh Abdul Jabbar menjadikan Jojogan sebagai pusat aktifitasnya. Salah satu tempat tersebut bernama Kedung Banteng. Menurut cerita lisan yang berkembang di masyarakat Jojogan, Kedung Banteng adalah gudang persenjataan pusaka dan temÂpat penyimpanan barang-barang kerajaan. Tempat ini terletak di dalam hutan di pinggir kali/kedung, sebelah utara air Sumber Krawak. Konon tempat ini juga digunakan sebagai pertapaan dan markas agresi Syekh Abdul Jabbar melawan Kompeni Belanda. Tempat ini menjadi bukti sejarah bahwa Syekh Abdul Jabbar benar- benar seorang musuh besar dan buronan saat, untuk mengelabuhi kompeni beliau mengganti namanya menjadi Purboyo. Jadi, selain dikenal dengan nama Kusumoyudo dan Abdul Jabbar, di tempat ini beliau juga dikenal dengan Pangeran Purboyo. Beliau meninggal dan dimakamkan di bukit Nglirip, Jojogan. Makamnya diapit oleh kedua makam Isterinya. Diceritakan, sesaat setelah meninggal bau wangi menyeruak dari jasadnya, bau itu begitu harum hingga mengherankan bagi penduduk yang lebih ajaib lagi wangi itu tercium sampai luar Desa Jojogan, yakni daerah Senori, Tanggir, dan sekitarnya. Kisah berikut ini sudah masyhur di kalangan masyarakat Jojogan dan sekitarnya. Konon, Mbah Jabbar adalah murid dari Mbah Ganyong. Pada suatu hari muridnya ini meninggal dunia dan jasadnya berbau harum semerbak, lalu gurunya yang bernama Mbah Ganyong ini entah karena kebanggaannya atau kesombongan, mengatakan pada murid-murid yang lain serta penduduk di seÂkitarnya, “Itu baru murid saya saja bisa harum semerbak seperti itu, apalagi kalau saya gurunya yang mati, mesti akan lebih harum lagi,” kata Mbah Ganyong. Rentang satu minggu kemudian, Mbah Ganyong ini meninggal dunia, dan anehnya jasadnya berbau amis menyengat dan membusuk. Maka oleh murid-muridnya dan penduduk sekitar jasad Mbah Ganyong dilempari batu, hingga lemparan batu itu menumpuk menutupi seluruh jasad Mbah Ganyong. Sehingga sekaligus membentuk punden tumpukkan batu sebagai makam Mbah cerita ini, para kyai di sekitar situ memilih untuk ber-husnudhon. Menurut mereka cerita ini hanyalah contoh bahwa ketakaburan itu jelek yang tidak patut dilakukan oleh seorang muslim. Sedangkan Mbah Ganyong tetaplah seorang waliullah. Haul Syekh Abdul Jabbar pertama kali diadakan pada tahun 1964. Orang pertama yang memprakarsainya adalah Mbah Sholeh Ngerong, Rengel, Mbah Zaini Mruwut, Bojonegoro, dan Mbah Munthoha Padangan, Bojonegoro. Acara ini diselenggarakan setiap tahun, setiap tanggal 17 Muharram. Jika bertepatan dengan hari Jum’at, maka pelaksanaannya diundur hari berikutnyaSEMOGGA TULISAN INI MENAMBAH KEIMANAN KITA DAN MEMBERI MANFAAT BAHWA SEGALA SESUATU YANG BAIK AKAN BAIK PULA PADA AKHIRNYASALAM SANTUN DownloadIlmu Kesaktian Syekh Abdul Qadir Al-Jailani apk 11.11 for Android. New Science Kesaktian Sheikh Abdul Qadir Jilani Latest Complete and updated EN Dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia, tentu kita akan menemui sosok ulama Saudi Arabia yang telah berjasa menyususn buku-buku muqarrar berbahasa Arab untuk santri-santri pemula. Sosok itu bernama Syaikh Umar Yahya Abdul Jabbar -rahimahullah-. Sebenarnya saya sempat penasaran dengan sosok ulama satu ini. Siapakah gerangan? Bagaimana tidak, salah satu bukunya menjadi muqarrar di pesantren kami. Bersamaan dengan itu, kami sama sekali tidak mengetahui sedikit pun tentang biografinya kecuali setelah 5 tahun. Beliau dilahirkan pada 1320 H di Makkah Al-Mukarramah yang juga menjadi tempatnya tumbuh dan belajar. Pendidikannya ditangani oleh para ulama negeri Tanah Suci di zamannya. Di samping itu, beliau juga masuk ke Madrasah Askariyyah kemiliteran dan lulus dari fakultas kemiliteran di masa Syarif Al-Husain. Di antara sekian ulama negeri ini yang beliau jumpai di Makkah adalah Ahmad Al-Khathib, Muhammad Nawawi Banten mengajarkan kitabnya tafsirnya yang berjudul Murah Labid, Muhammad Mahfuzh Tremes mengajarkan beberapa kitabnya, seperti Mauhibah Dzil Fadhl, Al-Kaubah As-Sathi, Uhaid bin Idris, Muhammad Patani, Muhammad Nur Patani, Mukhtar ATharid Batavia, dan lainnya. Juga ulama-ulama lain dari penjuru negeri. Di antaranya Muhammad Ali Al-Maliki, Jamal Al-Maliki, Abdussattar Ad-Dahlawi As-Salafi, Muhammad Sulaiman Hasbullah, Abdul Hamid Kudus, Yusuf Al-Khayyath, Muhammad Al-Marzuqi, Khalifah An-Nabhani, Abu Bakar Khauqir Al-Hindi As-Salafi, dan seterusnya… Di usianya yang masih tergolong muda, beliau berpindah ke Indonesia menjadi seorang penulis dan guru agama setelah sebelumnya sebagai seorang yang tumbuh di ketentaraan meski tidak luput darinya pelajaran-pelajaran diniyyah yang beliau terima dari para ulama di zamannya. Di Indonesia, beliau termasuk penulis buku-buku muqarrar berbahasa Arab di madrasah untuk jenjang pemula. Sampai detik ini, kita masih dapat menjumpai sejumlah buku-bukunya yang diajarkan di hampir seluruh pesantren dan madrasah diniyyah di Indonesia, termasuk pesantren dan madrasah tradisional baca NU. Lihat saja, misalnya, kitab “Khulashah Nurul Yaqin” dalam 2 juz, “Al-Mabadi’ Al-Fiqhiyyah ala Madzhab Al-Imam Asy-Syafi’i” dalam 4 juz, “Taqrib Al-Fiqh Asy-Syafi’i”, “Khulashah Itmam Al-Wafa’ fi Sirah Al-Khulafa'”, dan selainnya. Selain itu, beliau juga mempunyai buku kamus biografi yang menghidangkan biografi-biografi sejumlah ulama abad 14. Kamus biografi itu bertajuk “Siyar wa Tarajim Ba’dh Ulamaina fi Al-Qarn Ar-Rabi’ Asyar Al-Hijrri”. Buku ini bahasannya yang cukup simpel namun memiliki nilai sastra yang mudah difahami bagi pemula sekalipun. Dalam buku ini pun tidak hanya biografi ulama-ulama Timur Tengah saja yang direkam, namun juga sejumlah ulama Timur Jauh baca Nusantara, India, Daghistan, dan lainnya. Menurut telaah terhadap bukunya yang bertajuk “Siyar wa Tarajim”, beliau termasuk ulama yang mendukung madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah yang kerap dijuluki “Sawah” baca Salafi Wahhabi. Hal ini dapat ditemukan di banyak tempat dalam bukunya ini. Pada 16 Muharram 13 91 H, akhirnya beliau menghembuskan nafasnya terakhir di Makkah Al-Mukarramah setelah sekian tahun melawat di negeri fana ini. Beliau pun dimakamkan di Ma’la. Semoga Allah merahmati beliau dan menempatkannya di surganya yang tertinngi, Firdaus. BilaAnda mencari sejarah syekh abdul jabar pandeglang anda datang ketempat yang tepat. kami mempunyai 32 gambar tentang sejarah syekh abdul jabar pandeglang termasuk gambar, photo, wallpaper, dan lainnya. Di halaman ini, kami juga memiliki berbagai macam gambar. Seperti png, jpg, animasi gif, seni gambar, logo, hitam dan putih, transparan, dll. Raden Wangsa Muhammad hidup dipertengahan abad ke-19 M. Dikenal dengan nama Pangeran Papak atau Sunan Papak. Beberapa ratus tahun yang lalu di Kampung Cicunuk hidup seorang kiyai bernama Raden Muhammad Juari dari keluarga keturunan bangsawan Balubur Limbangan. Ia menikah dengan Nyi Raden Siti Injang dan berputera 7 orang, salah satunya bungsu bernama Raden Wangsa Muhammad. Putera yang inilah kelak menjadi seorang kiyai mengikuti jejak ayahnya. Menurut versi silsilah Pangeran Papak, Pangeran Papak atau Raden Wangsa Muhammad adalah keturunan dari Prabu Laya Kusumah putera Prabu Siliwangi/Sri Baduga Maharaja, Nalendra Pakuan Raharja, yang menikah dengan seorang puteri Prabu Layaranwangi Sunan Rumenggong dari Keprabuan Kerta Rahayu bernama Nyi Puteri Buniwangi. Raden Hande Limansenjaya dan Prabu Wastu Dewa. Prabu Hande mempunyai seorang putera bernama Raden Wijaya Kusumah kemudian terkenal dengan Sunan Cipancar. Selanjutnya Raden Wijaya Kusumah berputera 14 orang, diantaranya yang sulung bernama Raden Wangsanagara yang melanjutkan keadipatian Galih-Pakuan menggantikan ayahnya itu. Raden Wangsanagara berputera 6 orang, salah satunya Raden Aria Jiwanata yang berputera Dalem Adipati Arya Rangga Megatsari Suryakusumah. Dalem Adipati Rangga Megatsari berputera 9 orang, diantaranya Dalem Adipati Suta Jiwanagara, yang wafat di Mataram dan berputera Dalem Emas di Sukadanah, Sadang, Wanaraja. Sedangkan Dalem Emas berputera 10 orang, diantaranya Dalem Sutanagara di Cinunuk. Dalem Sutanagara, leluhur keturunan Cinunuk, berputera 8 orang diantaranya seorang perempuan bernama Nyai Rd. Teja Kiyamah, yang menikah dengan Raden Noer Chasim dan berputera 5 orang, diantaranya bernama Rd. Muhammad Aliyam. Raden Muhammad Aliyam menikah dengan Nyi Mas Domas dan dikaruniai putera 3 orang, salah satu diantaranya Raden Muhammad Juwari yang mempunyai putera Raden Wangsa Muhammad. Raden Wangsa Muhammad dilahirkan di sebuah kampung bernama Cinunuk, kira-kira pada abad ke-18 M tanggal, bulan dan tahun belum diketahui secara pasti karena belum ditemukan data, baik lisan maupun tulisan. Beliau tumbuh menjadi anak yang cerdas, cekatan dan penurut pada kedua orang tuanya. Hormat pada yang lebih tua, sayang pada teman sebaya. Dalam pergaulan tidak pernah bersikap membedakan dengan anak sebaya dari keluarga apapun walaupun sebenarnya ia sendiri dari keluarga terah menak. Hal tersebut tampak manakala dalam bergaul tidak pernah bersikap mengambil jarak dengan siapapun. Memiliki perilaku demikian Raden Wangsa Muhammad sangat disenangi dan disayangi kalangan orang tua dan anak-anak sebayanya. Karena lahir dari keluarga kiyai maka dengan sendirinya iapun menunjukan tanda-tanda yang agamis. Ketika Raden Wangsa Muhammad dewasa dan benar-benar telah menunjukan diri sebagai seorang kiyai sikap dan sifatnya yang terpuji semakin nampak, sehingga tak pelak lagi ia menjadi tokoh kharismatik. Hal itu, terutama ditunjukan oleh kearifan dan keluhuran budi pekertinya membuat ia disegani, dihormati dan dijadikan panutan masyarakat sekitar. Semasa hidup sebagai seorang kiyai Raden Wangsa Muhammad selalu menuntun dan mengajarkan kepada masyarakat agar selalu berbuat kebenaran demi mencapai cita-cita hidup di dunia serta di akhirat kelak. Dalam ajarannya sering diungkapkan agar kita tidak lupa, yaitu ungkapan Guru Ratu Wong Atua Karo Wajib Sinembah. Artinya kepada guru, pemimpin dan terutama kapada kedua orang tua kita harus selalu menghormati untuk menuju jalan bahagia dan selamat dunia akhirat. Sikap tidak pernah membeda-bedakan derajat manusia berdasarkan ajaran agama Islam yang menjadi prinsip Raden Wangsa Muhammad. Tidak ada perbedaan antara golongan ningrat dengan golongan cacah. Hal terpenting adalah berakhlakul karimah dan mempunyai niat suci. Atas prinsip dan sikap inilah Raden Wangsa Muhammad mendapat julukan Pangeran Papak. Pangeran Papak artinyan seorang yang berbudi luhur dan tidak pernah membedakan harkat derajat manusia papak-Sd.= rata, sama-Ind. Anjuran kepada masyarakat agar hati selalu tentram ialah ulah ngingu kabingung, miara kasusah, sangkan aya dina kagumbiraan manah agar hati selalu tetap gembira. Ketertarikannya dalam menghaluskan rasa melalui kesenian tradisi melahirkan karya seni monumental, yaitu kesenian tradisional Boyongan. Terdapat beberapa jenis kesenian tradisi yang selalu dipagelarkan waktu itu, diantaranya wayang golek, reog, pantun, wawacan beluk, tembang, karinding, terbang, tari dan boboyongan. Dalam pementasan semua kesenian itu senantiasa diselipkan ajaran Islam berupa petuah, suri tauladan, gambaran bagi orang-orang yang mau berbuat kebenaran, dan larangan-larangan bagi orang yang berbuat kedhaliman. Semasa hidup Raden Wangsa Muhammad banyak didatangi orang yang berkecimpung dalam dunia seni seniman, para pelajar, dan orang-orang yang bergerak dalam bidang usaha lain untuk belajar ilmu/ budi pekerti yang dimilikinya. Kecintaannya dalam bidang ilmu pengetahuan melahirkan sebuah karya naskah sastra Sunda kuno berjudul Wawacan Jakah dan Wawacan Aki Ismun. Melalui dua media ini, Pangeran Papak menyebarkan syiar Islam kepada masyarakat luas. Pada suatu sore, dalam keadaan usia yang sudah uzur, Pangeran Papak merasakan firasat bahwa dirinya tidak akan lama lagi hidup di dunia fana ini. Segera beliau memanggil para sanak saudara dan kerabat dekat hendak menyampaikan wasiat terakhirnya. Konon, setelah semua hadir Raden Wangsa Muhammad dalam keadaan berbaring di tempat peristirahatan menyampaikan tiga pesan. Pertama, bahwa sebagai manusia kita harus dan mesti percaya pada takdir, percaya bahwa umur telah ditentukan oleh Allah SWT. Kedua, jangan sekali-sekali melupakan dari mana kita berasal dan hendak kemana kembali. Jika kita tidak pernah melupakan hal itu maka akan selamat hidup di dunia dan akhirat nanti. Dan itulah sajatining manusia, hidup sempurna. Ketiga, harus selalu ingat pada Allah sebagai Al-Khalik pencipta, dengan cara berkomunikasi dengan- Nya melalui ibadah shalat lima waktu. Kehidupan manusia di dunia tidak akan abadi, suatu saat akan dipanggil kehadapan-Nya. Dan di Yaumal Kiamah nanti manusia harus mempertanggung jawabkan segala apa yang pernah perbuat selama hidup di dunia. Sementara semua yang hadir dengan keadaan tertunduk khusuk mendengarkan pesan-pesan itu, tiba-tiba terdengar ucapan “Lailahaillallah” dari mulut Raden Wangsa Muhammad. Seketika, hadirin terserentak kaget, masing-masing mengangkat kepala seraya melihat kepada Raden Wangsa Muhammad, dan terlihat jelas beliau telah menghembuskan nafasnya terakhir, berpulang ke Rahmatullah. Semua serentak mengucap “Innalillahi wainna llaihi Roojiun”. Raden Kiyai Wangsa Muhammad atau Pangeran Papak wafat pada Senin malam tanggal 17 Safar tahun 1317 H, atau tahun 1819 M tanggal dan bulan masehi belum diketahui dan dimakamkan keesokan harinya. Dimakamkan disebelah Barat Desa Kecamatan Cinunuk hingga sekarang makamnya banyak dikunjungi peziarah dari luar Kabupaten Garut. Makam tersebut terletak di sebelah barat Desa Cinunuk dalam sebuah bangunan gedung makam di atas sebidang tanah seluas 221 m2. Bangunan makam itu terdiri dari bangunan pokok, yang dijadikan tempat pekuburan Pangeran Papak luasnya 96 m2. Bangunan lainnya satu suhunan seluas 25 m2 digunakan pekuburan keluarga. Raden Kiyai Wangsa Muhammad meninggalkan putera dan puteri, yaitu Rd. Wangsadinata, Rd. St. Satrimah, Rd. Wangsadirya, Rd. Danudiwangsa, Rd. St. Gandaningrum, Rd. Natadiwangsa, Rd. St. Surtiyah, Rd. Satria, Rd. Jayadiwangsa, Rd. Wiradiwangsa, Rd. Wigenadiwangsa, Rd. Atmadiwangsa, Rd. Tisnadiwangsa, Rd. St. Lengkawati. Maaf jika saya ada kesalahan dalam membuat thread , mohon di maklumi karena saya Hanya Manusia Biasa yang mencoba membuat thread . Semoga para AGAN-agan yang ada di Tatar Sunda tidak lupa dengan Sejarah Kyai yang 1 ini . Saya berusaha memberikan yang terbaik buat agan-agan .Tidak Menerima karena kita , tetapi menerima jika berkenaan . . 480 447 461 445 458 412 451 295